Monday, September 7, 2020

Candi Ratu Boko Jogjakarta

Ratu Boko adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Situs Ratu Baka terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter dari permukaan laut. Luas keseluruhan kompleks adalah sekitar 25 ha. 

Candi Ratu Boko


Situs Ratu Boko dijadikan tempat wisata yang ramai di kunjungi dikarenakan keindahan nya, Tempat ini bisa anda jadikan salah satu tempat yang harus anda kunjungi ketika anda berada di Jogjakarta. Berikut sejarah dari Ratu Boko.

Sunrise Ratu Boko


Ratu boko merupakan situs arkeologi dalam bentuk istana kerajaan tua kerajaan Mataram dari abad ke-8. Menurut sejarah kerajaan mataram lama, Istana Ratu Boko digunakan oleh dinasty Sailendra, jauh sebelum waktu raja Samaratungga (pendiri Candi Borobudur) dan Rakai Pikatan (Pendiri Candi Prambanan). Selain meninggalkan bukti sejarah dalam bentuk prasasti yang tersebar di Jawa, Kerajaan Mataram kuno yang dibangun banyak kuil, bermotif Hindu dan Budha. Temuan artefak emas di Wonoboyo menunjukkan kekayaan seni dan budaya. Menurut prasasti kuno yang dibuat oleh Rakai Panangkaran di 746-784 Masehi, pada awal bangunan di sekitar Ratu Boko situs warisan disebut Abhaya Giri Wihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya atau perdamaian. Abhayagiri berarti asrama biarawan Buddha (vihara) yang terletak di daerah di atas bukit. Pada periode berikutnya antara 856-863 Masehi. Abhayagiri wihara berubah nama menjadi walaing kraton yang dicanangkan vasal Rakai bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Berdasarkan Prasasti Mantyasih, yang dibangun pada 898-908 Masehi oleh Rakai Watukara Dyah Balitung, masih disebutkan Walaing sebagai silsilah Punta Tarka yang membuat prasasti Mantyasih. Sejak awal abad ke-10 hingga akhir abad ke-16, berita tentang Kraton Walaing. Nama Ratu Boko berasal dari masyarakat setempat. Ratu Boko (dalam bahasa Jawa berarti raja bangau) adalah ayah dari Loro Jonggrang yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan. 

Kompleks Ratu Boko


Situs ini menampilkan atribut sebagai tempat berkegiatan atau situs pemukiman, namun fungsi tepatnya belum diketahui dengan jelas. Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, diduga kuat situs ini merupakan bekas keraton (istana raja). Pendapat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kompleks ini bukan candi atau bangunan dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng dan parit kering sebagai struktur pertahanan. Sisa-sisa permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini. Secara administratif, situs ini berada di wilayah dua Dukuh, yakni Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Indonesia. 

Situs Ratu Boko


Situs ini dicalonkan ke UNESCO untuk dijadikan Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995. Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt pada tahun 1790, yang menyatakan terdapat reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan cabang dari sistem Pegunungan Sewu, membentang dari selatan Yogyakarta hingga daerah Tulungagung. Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari sinilah disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton. Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 M merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs Ratu Boko. Dalam prasasti ini menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M), serta menyebut suatu kawasan wihara di atas bukit yang dinamakan Abhyagiri Wihara ("wihara di bukit yang bebas dari bahaya"). Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha demikian juga bangunan tersebut disebut Abhayagiri Wihara adalah berlatar belakang agama Buddha, sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun ditemukan pula unsur–unsur agama Hindu di situs Ratu Boko Seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni. Tampaknya, kompleks ini kemudian diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja bawahan (vassal) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut prasasti Siwagrha tempat ini disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra. Bangunan di atas bukit ini dijadikan kubu pertahanan dalam pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian hari.Di dalam kompleks ini terdapat bekas gapura, ruang paseban, kolam, pendopo, pringgitan, keputren dan dua ceruk gua untuk bermeditasi. Berbeda dengan peninggalan purbakala lain dari zaman Jawa Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan, situs Ratu Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung. Berbeda pula dengan keraton lain di Jawa yang umumnya didirikan di daerah yang relatif landai, situs Ratu Boko terletak di atas bukit yang lumayan tinggi. Ini membuat kompleks bangunan ini relatif lebih sulit dibangun dari sudut pengadaan tenaga kerja dan bahan bangunan.

Untuk Selengkapnya kalian bisa lihat di channel youtube ini ya Film Dokumnter Candi Ratu Boko



No comments:

Post a Comment